Pernah nggak sih kalian merasa ada yang aneh dari omongan seseorang, tapi tetap aja kalian percaya? Atau mungkin kalian ragu buat menuduh seseorang berbohong, meskipun ada tanda-tanda yang mencurigakan? Nah, ini bukan cuma soal perasaan aja, tapi ada alasan psikologis dan sosial yang bikin kita secara alami lebih gampang percaya orang lain.
1. Dari Kecil Kita Diajarkan untuk Percaya
- Sejak kecil, kita udah sering dengar kalau “bohong itu dosa” dan “kejujuran itu penting”.
- Kita juga diajarkan buat nggak gampang menuduh orang lain tanpa bukti yang jelas.
- Makanya, pas kita curiga seseorang bohong, rasanya malah nggak enak dan ragu buat menghadapinya langsung.
2. Otak Kita Punya “Setting Default” untuk Percaya
- Secara alami, otak kita lebih suka percaya orang lain daripada curiga terus-menerus.
- Kalau kita terlalu sering curiga, hidup pasti bakal ribet dan bikin stres sendiri.
- Tapi sayangnya, ini juga bikin kita gampang kena tipu sama orang yang manipulatif atau memang jago bohong.
3. Takut Salah atau Kelihatan Jahat
- Banyak orang enggan menuduh orang lain bohong karena takut salah dan malah bikin situasi nggak nyaman.
- Kalau ternyata kita salah nuduh, bisa-bisa hubungan atau pertemanan jadi rusak.
- Akibatnya, kita sering memilih buat mengabaikan tanda-tanda kebohongan daripada mengonfrontasi langsung.
4. Kadang, Kita Emang Mau Percaya
- Ada kalanya kita percaya kebohongan karena lebih nyaman daripada harus menerima kenyataan.
- Contohnya, percaya alasan pasangan yang selingkuh, karena lebih gampang daripada menghadapi sakit hati.
- Atau percaya janji-janji politisi, meskipun sebenarnya kita tahu ada yang nggak beres.
5. Kenapa Ini Bikin Kita Susah Ngeh Kalau Ada yang Bohong?
- Karena kebiasaan percaya, kita sering nggak sadar kalau ada tanda-tanda kebohongan yang jelas.
- Bahkan, orang yang sudah terlatih pun kadang masih bisa ketipu kalau nggak hati-hati.
- Kuncinya adalah tetap netral dan jangan langsung percaya 100% atau curiga 100%—cukup perhatikan cara orang merespons pertanyaan dan cari pola yang mencurigakan.
Intinya, kalau mau lebih jago mendeteksi kebohongan, pertama-tama kita harus sadar dulu kalau otak kita cenderung ingin percaya. Begitu kita bisa lebih objektif, bakal lebih mudah buat melihat tanda-tanda kalau seseorang nggak jujur.
Mau contoh real-nya gimana ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari?
Oke, ini beberapa contoh nyata dari kehidupan sehari-hari yang nunjukin gimana kita sering lebih pengen percaya daripada melihat tanda-tanda kebohongan yang jelas.
1. Pasangan yang Selingkuh
Misalnya, ada seseorang yang curiga pasangannya selingkuh karena belakangan ini si doi sering ngilang, jarang bales chat, dan tiba-tiba sering lembur. Tapi pas ditanya, jawabannya klasik:
“Ah, kamu kebanyakan mikir. Aku capek kerja aja, masa kamu nggak percaya sih?”
Alih-alih fokus ke fakta bahwa ada perubahan perilaku yang mencurigakan, banyak orang malah jadi merasa bersalah karena dianggap “nggak percaya.” Akhirnya? Mereka memilih buat percaya dan mengabaikan tanda-tanda yang jelas.
2. Teman yang Suka Minjem Uang Tapi Nggak Balikin
Pernah nggak ada teman yang minjem duit dengan janji bakal balikin minggu depan? Tapi tiap ditagih, jawabannya selalu aja ada alasan:
“Duh, minggu ini gaji belum cair, bro. Tenang aja, bulan depan pasti gue balikin!”
Karena kita lebih nyaman percaya daripada berkonflik, akhirnya kita kasih toleransi terus. Padahal, pola seperti ini tanda kalau orangnya memang nggak berniat balikin dari awal.
3. Bos yang Janji Naikin Gaji
Kadang di dunia kerja, ada bos yang janji bakal naikin gaji atau kasih promosi kalau kita kerja lebih keras. Setelah berbulan-bulan kita lembur dan kasih usaha maksimal, pas ditagih, jawabannya berubah jadi:
“Kita lagi ada masalah keuangan, jadi sabar dulu ya, nanti kalau situasi membaik pasti kita pikirkan.”
Sebagai karyawan, kita cenderung ingin percaya karena berharap masa depan lebih baik. Tapi kalau janji ini sudah sering diulang dan nggak ada bukti nyata, itu bisa jadi tanda kalau bos sebenarnya nggak berniat menepati janjinya.
4. Sales atau Influencer yang Overpromise
Pernah lihat iklan produk kecantikan yang bilang:
“Cuma dalam 7 hari, kulit kamu bakal putih glowing tanpa efek samping!”
Banyak orang beli karena ingin percaya bahwa solusi instan itu nyata, meskipun logikanya agak nggak masuk akal. Baru setelah dipakai dan nggak ada perubahan, mereka sadar kalau itu cuma trik pemasaran.
Kesimpulan
Dari contoh-contoh di atas, kita bisa lihat bahwa sering kali kita ingin percaya sesuatu karena lebih nyaman daripada menghadapi kenyataan. Padahal, kalau kita lebih objektif dan memperhatikan pola perilaku seseorang, tanda-tanda kebohongan biasanya sudah terlihat dari awal.
Jadi, kapan terakhir kali kamu ingin percaya sesuatu padahal ada tanda-tanda kalau itu nggak bener?
Diangkat dari buku; Cara Mendeteksi Pembohong.
Seri Panduan Deteksi Kebohongan

Chlo; Guru ngaji anak-anak dari satu kampung ke kampung lainnya. Bercita-cita ingin punya anjing pada suatu hari nanti.