Non Sequitur. Jaka Sembung Bawa Golok. Credit: DeepAI.org

Non Sequitur. Jaka Sembung Bawa Golok. Credit: DeepAI.org

Non sequitur adalah istilah Latin yang diterjemahkan menjadi “tidak mengikuti”. Dalam logika dan retorika, non sequitur adalah kekeliruan yang kesimpulannya tidak mengikuti premis atau bukti yang diberikan secara logis. Pada dasarnya, ini adalah pernyataan atau argumen yang tidak memiliki hubungan atau relevansi yang jelas dengan pernyataan atau argumen sebelumnya.

Istilah yang paling terkenal di Indonesia adalah “Jaka Sembung Bawa Golok, Nggak Nyambung, Goblok!”

Berikut beberapa contoh non sequitur dalam kehidupan sehari-hari:

Premis: “Saya mendengar bahwa belajar dengan musik klasik sebagai latar belakang dapat meningkatkan fokus dan produktivitas.”
Non sequitur: “Oleh karena itu, makan lebih banyak sayuran adalah kunci untuk mendapatkan nilai bagus dalam ujian.”

Dalam contoh ini, kesimpulan tentang makan lebih banyak sayur tidak secara logis mengikuti premis tentang belajar dengan musik klasik. Ada kekurangan hubungan antara kedua pernyataan tersebut.

Contoh lain:

Premis: “Ponsel cerdas baru kami memiliki kamera canggih dengan fitur-fitur canggih.”
Non sequitur: “Beli ponsel cerdas kami, dan Anda tidak perlu khawatir lagi dengan tagihan listrik Anda!”

Kesimpulan tentang tidak perlu khawatir dengan tagihan listrik tidak secara logis terhubung dengan premis tentang kamera smartphone. Pernyataan tersebut tidak memiliki transisi yang berarti atau koneksi logis.

Mengenali non sequitur penting dalam berpikir kritis dan komunikasi efektif. Hal ini memungkinkan individu untuk mengidentifikasi ketika suatu argumen tidak memiliki koherensi logis dan membantu menjaga integritas penalaran logis dalam berbagai aspek kehidupan.

Non sequitur dalam sejarah manusia seringkali melibatkan kejadian di mana kesimpulan yang diambil atau tindakan yang diambil tidak mengikuti secara logis keadaan atau peristiwa yang mendahuluinya. Berikut adalah beberapa contoh sejarah:

  1. Perjanjian Versailles dan Kebangkitan Nazisme.
    Keadaan: Setelah Perang Dunia I, Perjanjian Versailles ditandatangani pada tahun 1919, menjatuhkan hukuman berat dan reparasi terhadap Jerman.
    Non Sequitur: Tindakan hukuman dalam Perjanjian Versailles tidak secara logis mengikuti perdamaian abadi; sebaliknya, hal ini berkontribusi terhadap kesulitan ekonomi dan ketidakpuasan sosial di Jerman.
    Hasil: Perjuangan ekonomi dan ketidakadilan yang dirasakan dalam perjanjian tersebut menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kebangkitan Adolf Hitler dan Partai Nazi, yang pada akhirnya mengarah pada Perang Dunia II.
  2. Perang Irak dan Perang Melawan Teror.
    Keadaan: Setelah serangan 9/11 pada tahun 2001, pemerintah AS bertujuan untuk memerangi terorisme global.
    Non Sequitur: Invasi ke Irak pada tahun 2003 dibenarkan dengan menghubungkan rezim Saddam Hussein dengan senjata pemusnah massal dan menyarankan adanya hubungan dengan Al-Qaeda, meskipun buktinya kurang.
    Hasil: Invasi ke Irak ternyata tidak ada hubungannya dengan serangan 9/11, dan alasan perang tersebut dikritik secara luas. Non sequitur ini mempunyai dampak yang signifikan, antara lain ketidakstabilan politik di kawasan dan konflik berkepanjangan.
  3. Larangan Alkohol di Amerika Serikat,
    Keadaan: Gerakan Gereja Protestan Amerika di awal abad ke-20 berupaya mengurangi masalah masyarakat yang terkait dengan konsumsi alkohol.
    Non Sequitur: Gereja Protestan Amerika meminta pemerintah memberlakukan Penerapan Larangan Alkohol pada tahun 1920. Aturan baru ini menjadikan produksi dan penjualan alkohol menjadi ilegal. Aturan ini tidak secara logis dianggap sebagai solusi terhadap masalah yang dirasakan.
    Hasil: Larangan menyebabkan lonjakan produksi dan distribusi alkohol ilegal, sehingga menimbulkan kejahatan terorganisir. Cikal bakal lahirnya keluarga mafia Italia di Amerika Serikat. Perbaikan sosial yang diharapkan tidak terwujud, dan Larangan akhirnya dicabut pada tahun 1933.

Contoh-contoh sejarah ini menggambarkan kejadian-kejadian di mana keputusan, tindakan, atau kebijakan tidak terhubung secara logis dengan keadaan yang ingin diatasi.

Non sequitur dalam sejarah dapat mempunyai konsekuensi yang luas, membentuk jalannya peristiwa dengan cara yang mungkin tidak diantisipasi atau dimaksudkan oleh mereka yang mengambil keputusan.

Non sequitur benar-benar menggarisbawahi pentingnya agar kita mengevaluasi secara kritis koherensi logis dari tindakan dan kebijakan di pemerintahan agar kita tidak terlibat dalam narasi sejarah yang kelam.

 

* CACAT LOGIKA ADALAH SERI PANDUAN BAGAIMANA MELAKUKAN IDENTIFIKASI SERANGAN PADA DIRI SEHARI-HARI. SERI PANDUAN INI DIKELUARKAN AGAR KITA SEMUA DAPAT MEMAHAMI SUMBER SERANGAN, BAGAIMANA CARA MEMPERTAHANKAN DIRI DAN MENGHINDARI PEMAKAIAN CACAT LOGIKA DALAM SEHARI-HARI AGAR LEBIH KRITIS DALAM BERPIKIR.