Anglurabisatya

Berjalan bersama sahabat mencari kebaikan.

Page 2 of 3

Cacat Logika: Argument From Ignorance. Kasus Rumah Berhantu.

Argument From Ignorance. Rumah berhantu.

Argument From Ignorance. Rumah berhantu. Credit: DeepAI.org

Argument from ignorance (dalam bahasa Indonesia yaitu “argumen dari ketidaktahuan”) adalah pernyataan bahwa suatu klaim benar atau salah karena kurangnya bukti yang menyatakan sebaliknya. Penutur beranggapan bahwa pendiriannya benar karena belum atau tidak dapat dibuktikan salahnya, atau pendirian lawannya salah karena belum atau tidak dapat dibuktikan kebenarannya.

Dalam alur pemikiran manusia yang rumit, argumen dari ketidaktahuan muncul sebagai sebuah benang merah yang halus namun kuat, mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari dengan cara yang mungkin tidak selalu kita sadari. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap kompleksitas dari kekeliruan logika ini, menyoroti hubungan, mengeksplorasi konsekuensi dari cacat logika bernama ‘argumen dari ketidaktahuan’.

Dari hal yang biasa hingga yang mendalam, kehidupan kita sehari-hari penuh dengan contoh-contoh di mana argumen dari ketidaktahuan menyusup secara halus. Jika tidak hati-hati maka kita dapat menjadi manusia yang seringkali membangun skenario dimana asumsi, yang lahir dari kurangnya bukti nyata, membentuk persepsi kita dan mempengaruhi pengambilan keputusan.

Contoh:

Takhayul dan Cerita Rakyat.
Takhayul sering kali berakar pada argumen ketidaktahuan. Entah itu menghindari kucing berbulu hitam, takut keluar malam pada hari Jumat tanggal 13, pakai baju berwarna hijau di Pantai Selatan dan lainnya. Keyakinan ini sering kali didasarkan pada cerita rakyat yang beredar lama. Namun karena tidak adanya bukti dan bukan dari hasil investigasi rasional, maka mampu dikategorikan sebagai bagian dari ‘argumen dari ketidaktahuan’.

Continue reading

Cacat Logika: Slippery Slope. Contoh Serangan dan Cara Bertahan.

Slippery Slopes Arguments Art. Credit: deepAI.org

Slippery Slopes Arguments Art. Credit: deepAI.org

Slippery Slope adalah kekeliruan logika yang terjadi ketika sebuah argumen menegaskan bahwa peristiwa tertentu pasti akan mengarah pada rangkaian peristiwa terkait, biasanya dengan konsekuensi negatif.

Argumen Slippery Slope (Terjemahan ugal-ugalan Bahasa Indonesianya adalah ‘lereng licin’) menyatakan bahwa jika kita membiarkan suatu peristiwa terjadi, maka hal tersebut akan memicu serangkaian peristiwa yang akan membawa pada hasil yang tidak diinginkan, seringkali tanpa bukti yang cukup untuk mendukung rantai sebab akibat tersebut.

Mengidentifikasi Slippery Slope cukup sederhana, yaitu ketika sebuah argumen yang menyatakan bahwa tindakan atau keputusan tertentu akan menimbulkan serangkaian konsekuensi negatif. Tapi tanpa menyertai bukti yang cukup.

Berikut adalah contoh argumen Slippery Slope :

  • LGBTQ+: “Jika kita toleran terhadap kaum LGBT maka anak-anak kita akan menjadi homo.”
  • Sensor: “Jika kami tidak melarang acara kontroversial ini, warga sekitar akan menjadi kafir.”
  • Pengawasan: “Membiarkan lembaga pemerintah mengumpulkan metadata untuk tujuan keamanan nasional pasti akan mengarah pada pengawasan massal terhadap warga yang tidak bersalah.”
  • Kode Pakaian Sekolah: “Jika kita memperbolehkan siswa mengenakan pakaian bebas, hal ini akan menyebabkan penurunan disiplin, dan siswa akan segera menghadiri kelas dengan pakaian yang tidak pantas.”

Menanggapi argumen Slippery Slope melibatkan tantangan terhadap asumsi bahwa satu peristiwa pasti akan membawa serangkaian hasil negatif.

Ingat, jika ingin menantang cacat logika Slippery Slope yang akan Anda tantang adalah asumsi.

Berikut beberapa cara untuk merespons:

Continue reading

Cacat Logika: Ad Hominem. Contoh Serangan dan Cara Bertahan.

ad hominem

Ad Hominem Arguments Art. Credit: deepAI.org

Sebuah argumen ad hominem dalam politik terjadi ketika seseorang menyerang individu yang menyampaikan argumen ketimbang membahas substansi dari argumen itu sendiri.

Berikut adalah contohnya:

Dalam Politik

Misalkan Kandidat A dan Kandidat B sedang berdebat mengenai suatu isu kebijakan, dan Kandidat A menyajikan argumen yang didukung dengan baik mengenai suatu kebijakan ekonomi tertentu. Alih-alih membahas poin-poin yang diajukan oleh Kandidat A, Kandidat B merespons dengan:

“Nah, seharusnya kita tidak mendengarkan Kandidat A tentang masalah ekonomi karena mereka bahkan tidak bisa mengelola bisnis mereka sendiri dengan sukses. Mereka bangkrut beberapa tahun yang lalu, jadi bagaimana kita bisa percaya kepada mereka untuk menangani ekonomi negara kita?”

Dalam contoh ini, Kandidat B tidak berbicara tentang argumen kebijakan ekonomi yang diajukan oleh Kandidat A. Sebaliknya, mereka menyerang sejarah bisnis pribadi Kandidat A, yang tidak terkait dengan diskusi kebijakan. Ini merupakan serangan ad hominem, karena mencoba untuk mencoreng orang yang menyampaikan argumen daripada membahas substansi dari argumen itu sendiri.

——————–

Dalam Keluarga

Dalam hubungan keluarga, sebuah argumen ad hominem mungkin terjadi ketika seseorang menyerang anggota keluarga lainnya secara pribadi daripada membahas masalah yang sebenarnya. Berikut adalah contohnya: Continue reading

Dunia Tenzinger

Dunia Tenzinger, merupakan salah satu tulisan dalam buku ini

Waktu menunjukan pukul 23:30 suara tikus dan gerak geriknya mulai terdengar di kamar kos dan membuyarkan konsentrasi saya. Entah darimana tikus itu masuk, karena posisi kamar kost tertutup. Atau mungkin dia masuk sejak pintu masih terbuka.. dan sudah lama bersembunyi didalam kamar? Ah entahlah, saya tidak tahu. Beberapa lembar kerja yang harus saya isi dan dikumpulkan saat test besok, masih saya pegang karena belum selesai saya jawab.

Merasa terganggu dengan suara dan gerak gerik tikus, Lembar kerja sementara saya simpan dan mencoba mencari tikus itu, mulai dari sumber suaranya. Suara itu terdengar dari belakang lemari. Lemari saya geser, ternyata kosong. Kemudian terlihat ia berlari entah dari arah mana, menyusup ke tempat sendal, langsung saya pindahkan tempat sendal, eh tidak ada dia disana.

Lalu tikus itu terlihat berlari lagi menyeberang dari bawah lemari, masuk ke kolong tempat tidur saya. Tempat tidur saya saat itu spring bed ukuran single. Saya geser tempat tidur, tidak ditemukan. Dan dengan susah payah saya membalik spring bed yang beratnya Naudzubillah, tapi belum ketemu juga. Tikus itu bergerak riang kesana kemari, lalu bersembunyi seperti main petak umpet dan seolah meledek saya. Begitu terus menerus.

Continue reading

« Older posts Newer posts »

© 2024 Anglurabisatya