Slippery Slopes Arguments Art. Credit: deepAI.org

Slippery Slopes Arguments Art. Credit: deepAI.org

Slippery Slope adalah kekeliruan logika yang terjadi ketika sebuah argumen menegaskan bahwa peristiwa tertentu pasti akan mengarah pada rangkaian peristiwa terkait, biasanya dengan konsekuensi negatif.

Argumen Slippery Slope (Terjemahan ugal-ugalan Bahasa Indonesianya adalah ‘lereng licin’) menyatakan bahwa jika kita membiarkan suatu peristiwa terjadi, maka hal tersebut akan memicu serangkaian peristiwa yang akan membawa pada hasil yang tidak diinginkan, seringkali tanpa bukti yang cukup untuk mendukung rantai sebab akibat tersebut.

Mengidentifikasi Slippery Slope cukup sederhana, yaitu ketika sebuah argumen yang menyatakan bahwa tindakan atau keputusan tertentu akan menimbulkan serangkaian konsekuensi negatif. Tapi tanpa menyertai bukti yang cukup.

Berikut adalah contoh argumen Slippery Slope :

  • LGBTQ+: “Jika kita toleran terhadap kaum LGBT maka anak-anak kita akan menjadi homo.”
  • Sensor: “Jika kami tidak melarang acara kontroversial ini, warga sekitar akan menjadi kafir.”
  • Pengawasan: “Membiarkan lembaga pemerintah mengumpulkan metadata untuk tujuan keamanan nasional pasti akan mengarah pada pengawasan massal terhadap warga yang tidak bersalah.”
  • Kode Pakaian Sekolah: “Jika kita memperbolehkan siswa mengenakan pakaian bebas, hal ini akan menyebabkan penurunan disiplin, dan siswa akan segera menghadiri kelas dengan pakaian yang tidak pantas.”

Menanggapi argumen Slippery Slope melibatkan tantangan terhadap asumsi bahwa satu peristiwa pasti akan membawa serangkaian hasil negatif.

Ingat, jika ingin menantang cacat logika Slippery Slope yang akan Anda tantang adalah asumsi.

Berikut beberapa cara untuk merespons:

  • Minta Bukti: Mintalah bukti nyata yang mendukung klaim bahwa suatu peristiwa akan menyebabkan peristiwa lainnya. Tanpa bukti yang cukup, argumen tersebut tetap bersifat spekulatif.
    Contoh respon: “Bukti-bukti apa yang cukup dalam mendukung pendapat Anda?”

 

  • Validasi Asumsi: Periksa asumsi yang mendasari argumen Slippery Slope dan pertanyakanlah apakah asumsi tersebut valid. Tidak semua rangkaian peristiwa, yang menjadi dasar Slippery Slope tidak bisa dihindari atau malah terjadi.
    Contoh respon: “Apakah bukti yang Anda jelaskan valid? Apakah ada cara menghindarinya?”

 

  • Identifikasi Alternatif: Jelajahi kemungkinan-kemungkinan alternatif yang memutus rangkaian kejadian yang diharapkan. Tunjukkan bahwa ada hasil potensial lain yang tidak mengarah pada konsekuensi negatif yang diperkirakan. Cara ini bisa berhasil jika Anda punya solusi alternatif.
    Contoh respon: “Ada contoh lain dari konsekuensi argumen Anda. Ini saya tawarkan contoh lain dari argumen yang sedang kita bicarakan.”

 

  • Evaluasi Jarak: Pertimbangkan besarnya jarak setiap langkah di Slippery Slope. Apakah konsekuensi yang dikatakan sebanding dengan argumen awal? Jika konsekuensinya ekstrem dan terlalu jauh, hal ini mungkin menunjukkan argumen yang lemah.
    Contoh respon: “Antara konsekuensi negatif yang Anda kemukakan dengan argumen sangat jauh jaraknya. Contohnya adalah dengan bukti A, B, C, D dan seterusnya. Apakah ada kemungkinan bahwa konsekuensi argumen yang dikemukakan tidak begitu kuat?”

 

  • Sorot Kesenjangan Logis: Tunjukkan kesenjangan logis atau mata rantai yang hilang dalam rantai sebab akibat. Jika hubungan antara masing-masing langkah lemah atau tidak didukung, hal ini akan melemahkan argumen secara keseluruhan. Contoh respon: “Ada yang hilang dalam hubungan rantai sebab akibat dalam argumen Anda. Argumen Anda berkata jika A maka akan menjadi F. Disini tidak ada hubungan antara A dengan B, C, D dan E. Banyak sekali rantai sebab akibat yang hilang. Apakah ada argumen lain yang lebih kuat dalam mendukung rantai hubungan sebab akibat antara A menjadi F?”

 

* CACAT LOGIKA ADALAH SERI PANDUAN BAGAIMANA MELAKUKAN IDENTIFIKASI SERANGAN PADA DIRI SEHARI-HARI. SERI PANDUAN INI DIKELUARKAN AGAR KITA SEMUA DAPAT MEMAHAMI SUMBER SERANGAN, BAGAIMANA CARA MEMPERTAHANKAN DIRI DAN MENGHINDARI PEMAKAIAN CACAT LOGIKA DALAM SEHARI-HARI AGAR LEBIH KRITIS DALAM BERPIKIR.